14 September 2025
Acara Career Insight Chapter Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (FAHUTLING) 2025 yang diselenggarakan oleh CDA IPB menghadirkan dua perspektif karir yang unik bagi para mahasiswanya. Dua alumni Fahutan IPB hadir untuk membagikan kisah sukses mereka yang menempuh jalur sangat berbeda: satu berkarya di bidang yang linear dengan keilmuannya sebagai pakar Amdal, dan satu lagi banting setir menjadi pengusaha kuliner ternama.
Narasumber yang hadir adalah Bapak Sulaiman, Direktur Utama PT Integral Multitalenta, dan Bapak Muhammad Yusuf Sabarno, owner dari Spesial Soto Boyolali (SSB) Hj. Widodo. Keduanya membuktikan bahwa fondasi yang ditanamkan di Fahutan dapat diterapkan di berbagai bidang, asalkan memegang prinsip dasar yang sama.
Bapak Sulaiman, alumni Manajemen Hutan lulusan 1994, menceritakan perjalanannya yang tidak instan. Beliau mengawali karir selama 6 tahun di perusahaan kayu swasta di Kalimantan, dan bekerja selama 6 tahun di konsultan Amdal milik mantan atasannya. Titik baliknya terjadi ketika owner konsultan tersebut meninggal dunia dan perusahaan tutup. Merasa "kepepet" dan "tidak punya pilihan lain" di usianya saat itu, namun berbekal pengalaman dan jaringan, ia mendirikan PT Integral Multi Talenta pada tahun 2010.
Beliau menekankan bahwa IPK penting sebagai syarat administrasi, namun dalam dunia kerja, modal utamanya adalah KSA (Knowledge, Skill, Attitude), yang ditopang oleh kejujuran, ketekunan, dan mental pantang menyerah. Ia memperingatkan agar lulusan baru tidak memiliki mental "generasi strawberry" yang mudah hancur oleh tekanan. Dalam bisnis jasa konsultan, Bapak Sulaiman menyebut modal paling utama adalah "kepercayaan". Kuncinya adalah menjaga kualitas pekerjaan agar klien tidak kecewa dan memberikan referensi. "Link itu sangat penting," tegasnya.
Dalam sesi tanya jawab, Bapak Sulaiman juga membagikan pengalamannya dalam mengelola SDM, yang ia anggap sebagai faktor utama kesuksesan. Beliau bercerita bahwa pengalaman pahit di masa lalu, seperti honor yang terkadang tidak dibayar oleh atasan, menjadi pelajaran berharga. Ketika mendirikan perusahaannya sendiri, ia bertekad untuk mengubah praktik tersebut, memastikan hak-hak karyawan dipenuhi tepat waktu, dan menghargai timnya. Menurutnya, SDM yang loyal dan mumpuni adalah kunci agar usaha bisa terus berkembang. Beliau juga menyoroti bahwa peluang karir di Amdal sangat besar dan ironisnya, masih sedikit diisi oleh alumni Fahutan.
Berbeda dengan Bapak Sulaiman, Bapak Yusuf (alumni KSA Fahutan angkatan 31, masuk 1994) mengawali karir sebagai PNS di Kementerian Kehutanan dari tahun 2000 hingga 2017. Keputusannya keluar dari zona nyaman ASN didorong oleh kondisi "kepepet" untuk memenuhi kebutuhan ekonomi demi akses kesehatan keluarga yang lebih baik di Solo.
Beliau memulai usaha Spesial Soto Boyolali pada tahun 2012—yang kini telah memiliki 71 cabang—dengan modal yang unik. "Kalau saya pun dulu juga memulai usaha juga, hampir tidak ada modal," ungkapnya. Modal utamanya adalah silaturahmi dan komunikasi yang baik, yang membawanya bertemu dengan mitra. Beliau juga menekankan pentingnya fokus. Ia menyarankan agar fresh graduate tidak terlalu cepat berpindah kerja. "Jangan sampai... baru 1-2 bulan kita sudah mau... pindah," ujarnya, karena perekrut akan memandang negatif CV yang berpindah 2-3 kali dalam setahun. Sebaliknya, fokuslah 2-3 tahun di satu tempat untuk benar-benar menggali pengalaman.
Karena tidak memiliki latar belakang bisnis, Bapak Yusuf menekankan pentingnya mencari mentor serta coach untuk terus meng-upgrade knowledge dan skill. Dalam sesi diskusi, beliau juga mengakui tantangan terbesar yang terus dihadapi adalah manajemen SDM, terutama di bisnis padat karya. Beliau menyebutkan bahwa mengelola 'generasi sekarang' (Gen Z) memerlukan pendekatan yang sangat berbeda, sehingga ia pun harus terus belajar bagaimana memanusiakan tim agar bisa berjalan selaras dengan visi perusahaan.
Meski kedua narasumber menempuh jalur yang sangat berbeda, keduanya membuktikan bahwa alumni Fahutan dapat sukses di berbagai bidang. Perjalanan mereka menunjukkan bahwa kesuksesan tidak instan dan harus dirintis dari nol, namun selalu berpondasi pada tiga pilar utama yang sama: Knowledge, Skill, dan Attitude (KSA).